Soliditas Kemanusiaan Kita
Pengakuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel menuai kecaman luar biasa dari berbagai kalangan. Termasuk Aksi Bela Palestina 1712 yang dilaksanakan di Monas Jakarta merupakan bentuk kecaman keras terhadap kebijakan Trump yang dianggap konyol. Trump telah menaikkan tensi kemarahan pemimpin dunia terhadap segala bentuk kebijakannya yang diksriminatif. Sebelumnya, Trump pernah melakukan pelarangan masuk ke Amerika selama 90 hari bagi warga negara Iran, Irak, Libia, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman. Kebijakan ini sempat menuai kecaman, karena dinilai diskriminatif dan antikemanusiaan. Namun bukan Trump kalau kemudian tidak membuat kejutan lagi. Pengakuan Trump terhadap Jerusalem adalah pementaskan kebijakan Trump untuk kesekian kalinya yang menuai kecaman publik dunia.
Aksi Bela Palestina 1712 merupakan ikhtiar rakyat Indonesia yang diinisiasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk ikut serta meneguhkan kepekaan dan kepedulian kemanusiaan kita terhadap nasib warga Palestina yang sampai sekarang digantung kemerdekaannya digantung oleh PBB. Palestina sudah mendeklarasikan kemerdekaannya pada 15 November 1988, namun kemelut dan persinggungannya dengan Israel membuat posisinya semakin sulit. Konflik panjang tak kunjung selesai menarasikan betapa sesungguhnya rasa kemanusiaan kita semakin rapuh di tengah arus globalisasi yang semakin cepat. Isu hak asasi, demokrasi, keadilan, dan kesetaraan merupakan isu yang sangat seksi abad ini. Namun mengapa tindakan-tindakan yang tuna kemanusiaan masih terus bertahta. Bahkan hal itu dilakukan oleh salah seorang presiden negara yang selama ini merasa paling humanis dan demokratis.
Karena itu, semangat Aksi Bela Palestina 1712 tidak boleh ditempatkan dalam isu Sara, yang memberi perspesi bahwa itu merupakan bentuk solidaritas keislamaan, sebagai pembelaan bagi warga Palestina yang mayoritas Muslim. Isu Palestina harus ditempatkan sebagai isu kemanusiaan, yang kebenarannya lintas ruang dan waktu. Perjuangan Palestina yang tak kunjung diakui kedaulatan tanah airnya merupakan problem kemanusiaan, yang memanggil seluruh penduduk dunia untuk ikut berjuang demi kemerdekaannya. Dukungan ini merupakan bentuk kepekaan dan kepedulian kemanusiaan kita.
Tugas Konstitusi
Aksi Bela Palestina 1712 merupakan bentuk dukungan konkret dari rakyat Indonesia sebagai komitmennya terhadap isu-isu kemanusiaan. Pada Pembukaan UUD 1945 garis perjuangan kita sudah sangat jelas, ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kita juga mengecam segala bentuk penjajahan di atas bumi karena dianggap tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Semangat internasionalisme ini hadir secara konkret dalam Pancasila kita butir kedua. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam hal ini, para founding fathers, termasuk Bung Karno banyak terinspirasi dari pernyataan Mahatma Gandhi, my nationalism is humanity.
Amanah konstitusi ini merupakan tugas besar kemanusiaan yang dititipkan di pundak bersama seluruh rakyat Indonesia. Karena itulah, pemerintah dan rakyat Indonesia, harus berada pada garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia. Pada konteks ini kita dapat melihat Aksi Bela Palestina 1712 sebagai bentuk perjuangan kemanusiaan yang ditugaskan konstitusi kita. Perjuangan kemanusiaan tersebut setidaknya tergambar dalam dua hal.
Pertama, solidaritas kemanusiaan. Solidaritas diartikan sebagai bentuk keterlibatan merasakan penderitaan rakyat Palestina sebagai sesama manusia. Solidaritas maknanya memang tak nyata secara fisik, namun pengandaian manusia atas nasib kemanusiaan sebagai bangsa yang terjajah dapat tergambar secara imajinatif. Atau pula, bacaan-bacaan sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa kita dapat pula dihadirkan pada konteks perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaannya. Meski hanya hadir dalam bayangan, solidaritas dapat pula dilihat dari usaha dan perjuangan peserta Aksi Bela Palestina 1712 yang datang dari berbagai daerah. Mereka hadir ke Monas Jakarta karena panggilan kemanusiaan, sebagai sesama yang menghendaki hadirnya kemerdekaan hidup.
Kedua, soliditas kemanusiaan. Soliditas dimaknai sebagai bentuk keadaan yang kukuh dan solid dalam meneguhkan komitmen kemanusiaan. Narasi ini dibangun guna menyemai kesatuan nasib kemanusiaan. Ada ruang terbuka tak terbatas yang menjelma dalam ruang-ruang persoalan, kemudian ditertunjukkan dalam ruang komunal. Pembelaan terhadap Palestina dalam Aksi Bela Palestina 1712 menjadi titik kulminasi dari ruang persoalan yang tak selesai. Pertunjukan berupa aksi bersama merupakan cara berekspresi yang dinilai ampuh menyuguhkan narasi besar soliditas kemanusiaan. Lewat aksi tersebut, Donald Trump, dipertontonkan kesungguhan publik dunia, dalam hal ini rakyat Indonesia, yang tetap teguh dan kukuh memperjuangan kemanusiaan meski berhadapan dengan presiden negara adidaya seperti Amerika.
Soliditas kemanusiaan sebenarnya merupakan puncak dari solidaritas kemanusiaan. Solidaritas sebagai perasaan senasib, meski hadir dalam pengandaian, sesungguhnya hendak hadir secara nyata dengan rakyat Palestina. Namun jarak ruang yang tak memungkinkan, membuat solidaritas kemanusiaan hadir dalam bentuk pembelaan aksi terhadap keterjajahannya. Solidaritas juga kerap dihadirkan dalam bentuk bantuan kemanusiaan pada rakyat Palestina. Kesemuanya ini menjadi kesungguhan kita bersama hadir dalam perjuangan kemanusiaan.
Pada posisi ini, kita sesungguhnya sudah mempertunjukkan soliditas kemanusiaan. Artinya, tak hanya senasib dan sepenanggungan, namun kita telah satu komitmen dengan sangat kukuh bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, segala manusia dengan ragam latar belakangnya (Sumber: Harian Analisa, 16 Januari 2018).